Langsung ke konten utama

Masyarakat Lamalera Terus Jaga Tradisi Berburu Paus





Foto: Istimewa

Di antara berbagai kampanye pelestarian satwa, tradisi menangkap ikan paus yang dilakukan oleh masyarakat Lamalera, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga kini tidak surut. Meski terkadang masih ada pro dan kontra, aktivitas kultural tersebut tetap dipertahankan demi memenuhi kebutuhan hidup seluruh masyarakat Lamalera.

Kegiatan perburuan ikan paus di Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, NTT, telah berlangsung sejak abad ke-16.  Masyarakat setempat percaya bahwa nenek moyangnya bisa menempati desa tersebut karena dibawa oleh ikan paus biru. Kini, tiap bulan Mei sampai September, sekelompok pria dengan cermat mengamati Laut Sawu yang terletak di sekitar desa Lamalera. Mereka kemudian berusaha menangkap paus raksasa berjenis Koteklema atau yang juga dikenal sebagai paus Sperm (Physeter macrocephalus).

Perburuan dilakukan oleh pria-pria dewasa yang dianggap mampu bertahan selama beberapa hari atau pekan di laut. Mereka menggunakan perahu yang terbuat dari kayu. Perahu itu disebut “Peledang”. Setiap orang yang terlibat dalam penangkapan mempunyai peran. Yang bertugas menikam tubuh paus dengan tombak tempuling disebut “Lama fa”. Ia akan berdiri di ujung perahu, kemudian melompat dan menikamkan tombak ke paus.

Ya, hingga saat ini masyarakat Lamalera menangkap ikan paus dengan cara tradisional, bukan dengan peralatan modern yang dapat membunuh paus secara kejam. Daging ikan paus hasil tangkapannya pun tidak dimanfaatkan untuk hal-hal komersil, melainkan dibagi-bagi kepada warga. Selain itu masyarakat memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat, dan bahan bakar untuk lampu templok. Itulah sebabnya, masyarakat Lamalera menganggap tradisi ini layak dipertahankan, karena tetap mementingkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk masyarakat.

Walau masih menuai kritik dari beberapa kalangan, tradisi masyarakat Lamalera berburu ikan paus diberi izin oleh lembaga konservasi dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Aktivitas kultural ini juga diakui sebagai tradisi secara internasional.

Seiring dengan terus berjalannya tradisi menangkap ikan paus, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT menyelenggarakan Seminar Ikan Paus di Lewoleba, Kabupaten Lembata, pada 11-13 Desember 2014.
Selama tiga hari, seminar ini menghadirkan narasumber, di antaranya pakar lingkungan dan tokoh masyarakat Lamalera, Sonny Keraf, serta Bupati Lembata, Eliantze Sunur.

Melalui seminar tersebut warga Lamalera diharapkan bisa mendapat gambaran model pengelolaan mamalia laut yang efektif tanpa mengabaikan kepentingan hukum internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia, aspek lingkungan, aspek ekonomi, serta aspek sosial budaya terkait kearifan lokal yang sudah dilaksanakan secara turun temurun di Lamalera – Lembata.

Seminar ini menyasar masyarakat Lamalera, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi NTT, sampai LSM pemerhati lingkungan, seperti WWF dan Green Peace. Berbekal wawasan baru dari seminar, kerja sama seluruh pihak dalam upaya pelestarian tradisi warga Lamalera sekaligus pemeliharaan lingkungan  baiknya tak hanya ada di angan-angan, melainkan diwujudkan bersama.

Masyarakat Lamalera tetap teguh melestarikan tradisi berburu ikan paus di daerahnnya. Tradisi menangkap paus merupakan cara warga untuk menyambung hidup. Secara kultural, ini menyangkut eksistensi masyarakat Lamalera turun-temurun.

Di lain sisi, proses penangkapan paus berpotensi menjadi daya tarik pariwisata NTT yang berdampak bagi peningkatan kesejahteraan Lamalera dan Lembata.

Alasan Lamalera diijinkan berburu paus oleh Pemerintah & Organisasi dunia adalah: 
1. Berburu paus adalah bagian dari tradisi Lamalera dari turun temurun. 
2. Perburuan paus di Lamalera dilakukan menggunakan peralatan tradisional & hanya untuk alasan konsumsi pribadi (kebutuhan pribadi). 
3. Faktor geografis dan ekonomi juga dipertimbangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mereka Ada Diantara Kita!

Psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa, menunjukkan perilaku menyimpang sehingga sulit bergaul. Psikopat berasal dari kata 'Psyche' (jiwa) dan 'Phatos' (sakit). Jadi Psikopat adalah jenis Sakit Jiwa. Ciri Psikopat antara lain: 1. Pandai bicara 2. Punya karisma yang menipu 3. Narsis 4. Sering memandang rendah orang lain. 5. Suka berbohong 6. Tidak merasa takut, menyesal atau bersalah 7. Seringkali anti sosial (minder) 8. Selalu minta perhatian dan dikasihani 9. Tiba-tiba jadi pendiam dan lama-lama menghilang 10. Terus mengganggu Psikopat bukan hanya pelaku kejahatan, tapi bisa juga pekerja profesional yang sukses.  Psikopat mudah bergaul dengan lingkungan, pandai memikat lawan bicara dan mampu meniru emosi. Ingat Dan Waspada !!!!

Fenomena Crown Shyness

Crown Shyness atau pelepasan kanopi merupakan fenomena alam yang misterius. Hal ini terjadi di mana mahkota beberapa jenis pohon tidak saling bersentuhan, tapi dipisahkan oleh celah yang terlihat sangat jelas dari permukaan tanah. Efeknya biasanya terjadi di antara pohon-pohon dari spesies yang sama, tapi telah diamati terjadi pula dengan pohon-pohon dari spesies yang berbeda. Fenomena pelepasan mahkota ini pertama kali didokumentasikan selama tahun 1920an, tapi para peneliti belum dapat mengetahui penyebab dari fenomena tersebut. Ada banyak teori yang beredar di kalangan ilmiah, yang sebagian besar masuk akal. Namun tidak ada yang bisa membuktikan mengapa beberapa pohon bisa tidak saling bersentuhan. Ahli hutan asal Australia, M.R. Jacobs menulis bahwa tiap pohon tumbuh sensitif terhadap abrasi, yang berakibat dengan kesenjangan kanopi atau Crown Shyness. Namun beberapa ilmuwan mengatakan bahwa Crown Shyness merupakan pertahanan alami pohon dari penyabaran serang...

Sunda Ajaran Leluhur Nusantara

Foto: Istimewa Tri tangtu adalah cara berpikir masyarakat tradisional Sunda. Tri tangtu berasal dari bahasa Sunda, di mana kata tri atau tilu yang artinya tiga dan tangtu yang artinya pasti atau tentu. Masyarakat tradisional Sunda memaknai tri tangtu sebagai falsafah hidup yang berpedoman pada tiga hal yang pasti yakni; Batara Tunggal yang terdiri dari Batara Keresa, Batara Kawasa dan Batara Bima Karana. Cara berpikir dalam pola pembagian tiga adalah umum untuk masyarakat Indonesia,karena orang Indonesia hidup dalam pertanian ladang. Dalam pandangan hidup orang Sunda, ditegaskan bahwa orang Sunda tidak mengandalkan keyakinan hidupnya itu pada kekuatan diri sendiri saja, melainkan pada kuasa yang lebih besar, pengguasa tertinggi, sumber dan tujuan dari segalanya, yang disebut dengan berbagai nama, antara lain Gusti Nu Murbeg Alam. Dalam masyarakat Sunda,tri tangtu diterapkan dalam sejumlah hal, antara lain: 1. Senjata kujang, yang mempunyai tiga fungsi sekalig...