Langsung ke konten utama

Demo Pesawat Terbang Tanpa Awak


3 tahun lalu tepatnya pada tanggal 27 Juli 2017, saya diberi kesempatan, untuk menghadiri demo terbang Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), hasil Litbang Balitbang Kemhan dan Produksi hasil Industri Pertahanan (Indhan).

Bertempat di Lapangan Terbang (Lapter) Rumpin, Bogor, pihak Kementrian Pertahanan membuka Demo Terbang Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, bersama sejumlah pejabat dilingkungan Kemhan, Kementrian Riset, Tehnologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta Mabes TNI dan Mabes Angkatan.

Acara tersebut juga dihadiri oleh pejabat dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), dan para pimpinan perusahaan industri pertahanan dalam negeri, antara lain: 
1. PT.Dirgantara Indonesia
2. PT. Len Industri (Mission Systen) serta 
3. PT.INTI

Dengan jumlah 11 produk PTTA ini, Balitbang Kemhan membuktikan hasil rancang bangun, yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh dunia internasional. 
Produk tersebut antara lain:
Rajawali 720 & 350 (PT.Bhinneka Dwi Persada)
Wulung (PT. Dirgantara Indonesia)
- Mission System PTTA (PT. LEN Industri)
Elang Laut ( PT. Carita Boat Indonesia)
SWG R1 System & Bhimasena VTOL UAV (PT. Bhimasena)
Target Drone ( PT. ICPD)
MR 40 & Close Range C21SR Mission (PT. Uavindo Nusantara)
- Dan M3LSU03 (PT. Mandiri Mitra Muhibah)

Rajawali 720 adalah PTTA urutan pertama yang diterbangkan. PTTA ini masuk dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV), atau disebut juga Pesawat Udara Nir Awak (PUNA), dan merupakan jenis pesawat bersayap tetap (fixed wing).
PTTA ini memiliki kemampuan terbang lebih dari 24 jam, dengan jarak tempuh 20-1000 km.

PTTA Rajawali dirancang untuk misi utama sebagai penginta, dan juga dilengkapi dengan yang dengan mudah dapat mengirimkan hasil pantauan , baik gambar maupun video, secara real time kedarat melalui Ground Control Station (GCS).
Selain PTTA Rajawali juga diterbangkan jenis PTTA lainnya, yang tentunya membuat semua yang hadir, semakin berdecak kagum kepada hasil rancang bangun anak bangsa, demi upaya mewujudkan kemandirian pertahanan negara tercinta ini.

Cintai Produk Buatan Anak Negeri !!!
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Hena Masa Waja' Bukan Lagu Pemberontak

Untuk kekasihku Indonesia, Perkenalkan Kami adalah Maluku...Kami adalah Maluku.  Sperma seni yang dilarang menyanyikan 'Hena Masa Waja', sebelum RUU musik kalian ributkan di Gedung Rakyat dengan dalih Pembungkaman Suara. Mulut kami sudah dibungkam negara, saat Tifa su babunyi dengan pesan-pesan tetua dalam satu lirik lagu, yang dianggap bisa membubarkan sebuah Negara. Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ... Joeri tasibea Salane kotika o ...  Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ...  Joeri tasibea  Salane kotika o ... A ole roema e ...  Roema singgi sepa e ...  E..paoene..ite..kibi ratoe  Hira roli o.. Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Arti dari lagu ini adalah  Negeri Pertama, Negeri yang paling tinggi... Semua orang berada ditempat yang paling tinggi... disaat semua air ada menggenangi sekitar kita dikala itu... Lagu 'Hena Masa...

Anatomi atau Ricikan Keris Jawa

Dalam keris jawa terdapat rincian nama yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian keris, nama-nama tersebut sering kali disebut sebagai Ricikan Keris. Nama-nama ricikan tersebut bisa diibaratkan seperti yang terdapat pada anatomi tubuh manusia, ada tangan, kaki, dada, pundak, kepala dan lain sebagainya. Ada banyak sekali jenis dan bentuk keris, masing-masing bentuk dan jenis biasanya akan memiliki nama yang berbeda. Semakin sederhana bentuk sebilah keris, maka akan sedikit pula ricikannya.  Secara sederhana sebilah keris memiliki tiga bagian, yakni: - Wilahan (bilah) - Bagian Ganja dan  - Pesi.  Bagian wilahan dapat dibagi tiga, yakni:  - Pucukan (bagian paling ujung yang runcing) - Awak-awak (bagian tubuh keris) dan  - Sor-soran (bagian bawah keris). Nama-nama ricikan keris paling banyak ditemukan pada bagian sor-soran keris. Hal ini karena motif dan ornamen keris lebih banyak terdapat dibagian bawah/pangkal keris. Adapun ...

Masuknya Islam ke Tanah Cenderawasih

Teori tentang sejarah masuknya Islam ke Papua selama ini belum menjadi suatu penilaian khusus. Hal ini mungkin terjadi karena terbatasnya sumber-sumber lokal maupun asing yang membicarakan Islam di Papua. Selain itu, faktor letak geografis yang berada di ujung paling Timur Indonesia dan kondisi alam Papua sulit ditembus dan dijangkau karena dipenuhi hutan belantara. Papua dalam historiografi Islam di Indonesia belum banyak diungkap oleh kalangan sejarawan. Mungkin karena pulau Papua dianggap sebagai daerah pinggiran di Nusantara dan belum tersentuh pengaruh Islam. Kesan yang timbul selama ini, penduduk asli Papua identik dengan pemeluk agama Kristen dan Katolik. Pada realitasnya, proses awal Islamisasi di Papua telah terjadi sekitar abad XV-XVI, melalui kontak perdagangan, budaya, dan politik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo). Masuknya agama Islam ke Papua pun memiliki berbagai macam versi, yaitu versi Bacan, versi Aceh, v...