Langsung ke konten utama

Zombie Ada Di Indonesia !!!



Foto: Istimewa

Tradisi pemakaman Ma’nene yang dilakukan masyarakat Tana Toraja sempat menggegerkan dunia karena dianggap sebagai fenomena mayat hidup atau zombie. Dengan adanya sorotan dunia tersebut tradisi ini menjadi terkenal di dunia. 

Namun ternyata masyarakat Tana Toraja memiliki lebih dari satu tradisi pemakaman! Apa saja itu?

Ma’nene merupakan satu dari tiga tradisi pemakaman yang dijalankan masyarakat Tana Toraja. Dalam ritual ini jasad orang yang sudah meninggal akan dikenakan pakaian. Ritual ini dilakukan tiga tahun sekali untuk menghormati leluhur mereka. Dihumpun dari berbagai sumber, berikut ini tradisi pemakaman di Tana Toraja.

1. Tradisi Kubur Bayi di Dalam Pohon
Masyarakat Tana Toraja memiliki tradisi pemakaman jasad bayi yang terbilang unik. Jika ada bayi keturunan Tana Toraja meninggal sebelum giginya tumbuh maka akan dimakamkan di dalam sebuah lubang pada pohon Tarra. Selanjutnya dengan menggunakan anyaman ijuk lubang tersebut ditutup rapat.
Dalam ritual ini sistem pengkastaan tetap berlaku di mana bayi-bayi yang meninggal tersebut di masukkan ke dalam lubang yang telah disesuaikan dengan strata sosial masyarakatnya. Kuburan pohon ini tidak menghadap satu arah melainkan disesuaikan dengan di mana keluarga bayi tinggal itulah arah kuburan yang dipakai.

Bayi yang dikubur di dalam pohon ini tidak dibungkus sehelai benang pun dengan alasan agar bayi seperti masih di dalam kandungan ibunya. Tujuan dari pemakaman ini adalah agar bayi yang lahir setelahnya diberi keselamatan.

2. Tradisi Tau Tau
Tradisi pemakaman berikutnya yang berasal dari Tana Toraja adalah Tau Tau. Orang Toraja yang meninggal umumnya akan dimasukkan ke dalam peti mati yang kemudian ditempatkan pada sebuah lubang kecil di gua-gua atau bila jasadnya kecil akan ditempatkan di pohon. Setelah itu keluarganya akan membuatkan replika dari orang yang meninggal tersebut berupa patung. Nah, patung inilah yang disebut Tau Tau yang nantinya diletakkan di dekat makam.

Tau Tau tidak asal dibuat melainkan dibuat dari tiga jenis kayu berbeda yang disesuaikan dengan status sosial orang yang meninggal. Jika Tau Tau tersebut terbuat dari bambu maka yang meninggal berkasta terendah, jika terbuat dari kayu randu orang yang meninggal memiliki status sosial menengah dan untuk orang berkasta bangsawan akan dibuatkan Tau Tau dari kayu nangka.

3. Tradisi Ma’Nene
Inilah tradisi pemakaman yang sempat menggegerkan dunia dengan fenomena zombie. Namanya Ma’nene, sebuah prosesi adat mengganti pakaian jasad orang yang sudah meninggal yang sebelumnya sudah dimakamkan di dalam peti di pemakaman Patane. Ritual ini umumnya dilakukan tiga tahun sekali sebagai bentuk penghormatan masyarakat Tana Toraja kepada leluhurnya.

Prosesi ini diawali dengan membongkar kembali kuburan nenek moyang dan membawanya pulang ke rumah keluarganya. Di sana keluarga leluhur tersebut akan membersihkan mayat tersebut dengan menggunakan kuas. Setelah itu keluarga leluhur tersebut akan mengganti pakaian lama yang dipakai jasad itu dengan pakaian baru. Untuk jasad pria, pakaian yang dikenakan berupa setelan jas lengkap dengan dasi dan kaca mata hitam.

Masyarakat Tana Toraja menganut Agama Lokal Leluhur yang menganggap hewan, tumbuhan dan benda-benda lain yang hidup dan mati memiliki esensi spiritual masing-masing sehingga tak heran jika terdapat ritual penguburan yang rumit di sana.

Itulah Nusantara, yang sangat kaya keberagaman yang masih bisa kita nikmati sampai detik ini. 
Maukah kita sebagai generasi sekarang, ingin tetap menjaga hal tersebut tetap lestari ? Atau kita akan menjadi Bangsa yang asing dengan kebudayaan tinggi para Leluhurnya ?
#JanganPernahMelupakanSejarah
#Firmanisme


Salam Rahayu🙏😇🇮🇩

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Hena Masa Waja' Bukan Lagu Pemberontak

Untuk kekasihku Indonesia, Perkenalkan Kami adalah Maluku...Kami adalah Maluku.  Sperma seni yang dilarang menyanyikan 'Hena Masa Waja', sebelum RUU musik kalian ributkan di Gedung Rakyat dengan dalih Pembungkaman Suara. Mulut kami sudah dibungkam negara, saat Tifa su babunyi dengan pesan-pesan tetua dalam satu lirik lagu, yang dianggap bisa membubarkan sebuah Negara. Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ... Joeri tasibea Salane kotika o ...  Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ...  Joeri tasibea  Salane kotika o ... A ole roema e ...  Roema singgi sepa e ...  E..paoene..ite..kibi ratoe  Hira roli o.. Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Arti dari lagu ini adalah  Negeri Pertama, Negeri yang paling tinggi... Semua orang berada ditempat yang paling tinggi... disaat semua air ada menggenangi sekitar kita dikala itu... Lagu 'Hena Masa...

Anatomi atau Ricikan Keris Jawa

Dalam keris jawa terdapat rincian nama yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian keris, nama-nama tersebut sering kali disebut sebagai Ricikan Keris. Nama-nama ricikan tersebut bisa diibaratkan seperti yang terdapat pada anatomi tubuh manusia, ada tangan, kaki, dada, pundak, kepala dan lain sebagainya. Ada banyak sekali jenis dan bentuk keris, masing-masing bentuk dan jenis biasanya akan memiliki nama yang berbeda. Semakin sederhana bentuk sebilah keris, maka akan sedikit pula ricikannya.  Secara sederhana sebilah keris memiliki tiga bagian, yakni: - Wilahan (bilah) - Bagian Ganja dan  - Pesi.  Bagian wilahan dapat dibagi tiga, yakni:  - Pucukan (bagian paling ujung yang runcing) - Awak-awak (bagian tubuh keris) dan  - Sor-soran (bagian bawah keris). Nama-nama ricikan keris paling banyak ditemukan pada bagian sor-soran keris. Hal ini karena motif dan ornamen keris lebih banyak terdapat dibagian bawah/pangkal keris. Adapun ...

Masuknya Islam ke Tanah Cenderawasih

Teori tentang sejarah masuknya Islam ke Papua selama ini belum menjadi suatu penilaian khusus. Hal ini mungkin terjadi karena terbatasnya sumber-sumber lokal maupun asing yang membicarakan Islam di Papua. Selain itu, faktor letak geografis yang berada di ujung paling Timur Indonesia dan kondisi alam Papua sulit ditembus dan dijangkau karena dipenuhi hutan belantara. Papua dalam historiografi Islam di Indonesia belum banyak diungkap oleh kalangan sejarawan. Mungkin karena pulau Papua dianggap sebagai daerah pinggiran di Nusantara dan belum tersentuh pengaruh Islam. Kesan yang timbul selama ini, penduduk asli Papua identik dengan pemeluk agama Kristen dan Katolik. Pada realitasnya, proses awal Islamisasi di Papua telah terjadi sekitar abad XV-XVI, melalui kontak perdagangan, budaya, dan politik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo). Masuknya agama Islam ke Papua pun memiliki berbagai macam versi, yaitu versi Bacan, versi Aceh, v...