Surabaya, Surabaya, oh Surabaya. Kota kenangan, kota kenangan takkan terlupa. Pasti banyak yang tahu penggalan lirik lagu ini. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa penyanyinya.
Pelantun lagu yang masih terngiang sepanjang masa tersebut adalah band wanita pertama Indonesia, Dara Puspita. Yang lebih mengejutkan lagi, band ini pernah menembus Eropa. Wow! Seperti apa sepak terjangnya?
Band Wanita Pertama dari Kota Pahlawan
Surabaya memang dikenal sebagai salah satu gudang musisi kondang. Ada Grup Musik Dewa 19, Padi dan masih banyak lagi. Ternyata nggak mengherankan juga, karena jauh sebelum mereka, Surabaya pernah melahirkan sebuah band wanita pertama bernama Dara Puspita yang tergabung pada tahun 1964.
Dara Puspita, Band Pertama wanita dari kota Surabaya
Personelnya adalah Titiek Adji Rachman (gitar melodi), Lies Soetisnowati Adji Rachman (bass), Susy Nander (drum), Ani Kusuma (gitar pengiring). Lies sempat digantikan oleh Titiek Hamzah karena harus melanjutkan studi, namun ketika Lies kembali, ia malah menggantikan Ani dan Titiek Hamzah tetap dipertahankan.
Awal terbentuk, nama mereka sebelumnya adalah Nada Puspita, kemudian beralih jadi Irama Puspita, hingga akhirnya menetap sebagai Dara Puspita. Tadinya mereka hanya sekumpulan anak perempuan yang ingin minta tanda tangan personel Koes Plus, ternyata pertemuan itu membawa mereka pada takdir menjadi salah satu band wanita yang paling diperhitungkan di Indonesia. Meski isinya perempuan, tapi para wanita ini tampil tak kalah rancak dari band pria saat itu. Jingkrak-jingkrak, jerit-jerit, hingga bahkan terkadang lirik lagunya tak terdengar karena musik yang membahana.
Untuk bisa terkenal, band yang isinya sebagian besar gadis usia di bawah 20-an itu harus nekat ke Jakarta. Karena dorongan dari senior yang mengatakan bahwa ‘kalau ingin terkenal, jangan di Surabaya.’ Apalagi, salah satu misi terbentuknya band tersebut adalah harapan agar karya mereka bisa dikenal seperti kakak-kakak Koes Plus saat itu.
Di atas panggung boleh jadi rancak, tapi di balik itu, keempat wanita ini adalah anak-anak band yang perempuan banget. Sebenarnya mereka sempat terkendala restu orang tua untuk membentuk sebuah band. Tapi setelah melihat anak-anaknya bisa berprestasi dalam acara sekolah, serta kuatnya tekad mereka dalam bermusik, akhirnya ‘surat ijin ngeband’ dari orang tua mereka turun juga.
Suara di Balik Lagu ‘Surabaya’
Sebenarya lagu Surabaya sudah ada sejak tahun 1928 dan dipopulerkan oleh kelompok sandiwara Bintang Soerabaia. Liriknya kemudian dimodifikasi oleh ayah Lies dan Titiek, A . Rachman.
Dalam penggarapan musiknya, Dara Puspita memang lebih banyak dibantu oleh A. Rachman, Titiek Puspa dan Yon Koeswoyo. Meski disambut sangat antusias sebagai performer, namun dalam penggarapan lirik dan musik, band ini masih merasa kurang lihai. Makanya kebanyakan lagu di album mereka adalah lagu-lagu populer yang sudah pernah dibawakan penyanyi lain. Misalnya, To Love Somebody, Green Hreen Grass of Home dan sebagainya.
Banyak mencuri perhatian orang, Dara Puspita band tembus ke Eropa
Tapi hal itu bukan berarti Dara Puspita dipandang sebelah mata. Sebagai band wanita pertama, Dara Puspita merupakan salah satu grup yang juga head to head dengan seniornya, Koes Plus. Sound system yang mereka gunakan merupakan yang terbaik di Indonesia waktu itu. Bahkan jalan mereka terbuka sampai tembus ke Eropa! Wow!
Dara Puspita Terbang ke Mancanegara
4 wanita ini sempat berangkat ke Malaysia untuk pertunjukan penggalangan dana dan tampil di sana pada November 1967. Di sana, mereka dielu-elukan dan banyak orang rebutan untuk berjabat tangan.
Tahun 1968, Dara Puspita berangkat ke Eropa. Tapi mereka sempat mampir di Iran dan melakukan pertunjukan di depan anggota kerajaan. Beda dengan manggung di tanah air yang dibantu banyak teknisi, di sana para personel wanita ini harus bisa memasang alatnya sendiri. Sempat terjadi insiden kabel putus, tapi mereka tetap disambut meriah, dan pangeran Kerajaan Iran sempat request lagu Kakaktua.
Lepas dari Iran, srikandi band Indonesia ini melesat ke Jerman Barat, Turki, dan Hongaria. Kurang lebih satu tahun 3 bulan, Dara Puspita melakukan 250 pertunjukan di 70 kota besar maupun kecil. Sampai berkenalan dengan 4 manajer asal Inggris dan ditangani langsung oleh pihak-pihak yang pernah mengelola The Beatles. Pertemuan inilah yang kemudian membuat mereka punya banyak single berbahasa Inggris seperti Ba Da Da Dum dan Dream Stealer, yang nuansa lagunya sudah Rock n Roll ala luar negeri banget.
Setelah itu, Dara Puspita melanjutkan perjalanan ke Prancis, Belgia, Spanyol dan Belanda. Namun ternyata pada masa-masa ini, tercium aroma keretakan di antara member. Di mana akhirnya Titiek Hamzah menyatakan ingin mundur secara tertulis.
Mempertahankan Diri Hingga Tur Terakhir dan Bubar
Tahun 1971, Dara Puspita kembali ke Indonesia. Mereka disambut sebagaimana bintang kelas dunia dan sedang berada di puncak ketenaran. Tapi isu bubar dari band ini sudah tercium oleh publik.
Keempat personel Dara Puspita tetap melakukan tur keliling Indonesia yang sudah direncanakan selama setahun lamanya. Mereka bahkan manggung bersama, sesama band saat itu seperti Panbers, The Rollies dan sebagainya.
29 Maret 1972 di Jakarta, Dara Puspita melakukan tur untuk terakhir kalinya sebelum dinyatakan bubar. Banyak yang menyayangkan karena mereka tengah sangat bersinar. Namun perpisahan itu tak terelakkan.
Kini para membernya sudah berusia senja dan hidup terpisah. Ada yang tinggal di Belanda, di Bekasi, dan ada juga yang tinggal di Sidoarjo. Bagaimanapun, mereka pernah jadi pelopor musik Indonesia dan band bergender wanita yang berani mengusung lagu-lagu rock ‘n roll, di mana saat itu lebih banyak pria yang melakukannya.
Hanya berbekal main gitar dan main musik, gadis-gadis ini melanglang buana ke mana-mana, pernah membuat sejarah dalam hidupnya dan sejarah bagi musik Indonesia. Jadi musisi memang tidak semudah itu, tapi berusahalah dan yakin pada mimpi-mimpimu, niscaya kamu pun bisa mengukir sejarah tak terlupakan bagi hidupmu atau bahkan untuk negeri ini.
Komentar
Posting Komentar