Diprotes karena bau rokok kretek yang diisapnya, Agus Salim malah mengemukakan fakta sejarah.
DIAM tidak pernah menjadi pilihan. Begitulah penggambaran sosok Haji Agus Salim. Salah seorang founding fathers ini tidak pernah berhenti mengabdikan dirinya bagi kemajuan bangsa. Meski usianya sudah tidak lagi muda, dia secara langsung terus ikut dalam memastikan keajegan Indonesia. Hanya maut yang mampu mendiamkan manusia berjuluk The Grand Old Man (Orang Tua Besar) itu dari pengabdiannya.
Sekira tahun 1950, setelah tidak lagi terlibat langsung dalam politik Indonesia, Agus Salim diangkat menjadi Penasehat Menteri Luar Negeri. Pengalamannya selama masa perjuangan diplomasi dianggap penting dalam kemajuan hubungan luar negeri Indonesia. Terlebih namanya sudah dikenal secara luas oleh tokoh-tokoh dari negara lain berkat aktifitasnya di masa perjuangan kemerdekaan.
Tercatat dalam Seratus Tahun Haji Agus Salim, Masyudul Haq (nama asli Agus Salim) pernah beberapa kali menduduki posisi menteri luar negeri, yakni Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II, Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin, dan Kabinet Mohammad Hatta. Dia termasuk satu dari sejumlah tokoh yang berjasa bagi terciptanya pengakuan kedaulatan RI dari negara-negara Timur Tengah.
Di samping kegiatannya di Kementerian Luar Negeri, Agus Salim juga sesekali terbang ke Amerika Serikat untuk memenuhi undangan mengajar di sana. Diceritakan Mukayat dalam Haji Agus Salim: Karya dan Pengabdiannya, pada 1953 ia beberapa kali mendapat undangan dari Cornell University dan Princetone University untuk berbicara tentang Islam dan pengalaman beragamanya. Dia begitu fasih berbahasa Inggris.
“Akibatnya beliau sangat tertarik untuk mempelajari agama Islam dari berbagai segi, tidak hanya Islam sebagai agama dan anutan nenek moyangnya, melainkan Islam sebagai pandangan hidup setiap pribadi muslim yang sadar akan tugas dan kewajibannya di tengah-tengah masyarakat bangsanya,” ungkap Mukayat.
Karena berbagai aktifitasnya di luar negeri, pemerintah Indonesia masih sering memercayakan acara-acara penting kepadanya. Seperti ketika tanggal 3 Juni 1953 dia bersama Sri Paku Alam dan Duta Besar Republik Indonesia di Inggris hadir dalam upacara perayaan penobatan Ratu Elizabeth II. Bahkan, menurut Mukayat, tugas itu diberikan langsung oleh Presiden Sukarno kepada Agus Salim.
Acara perjamuan di Westminister Abbey, London, Inggris tersebut dihadiri banyak tokoh penting dari berbagai negara. Mereka memanfaatkan perayaan itu untuk membangun komunikasi ringan dengan perwakilan-perwakilan dari negara lain. Pada suatu kesempatan, sambil berbincang-bincang santai, Agus Salim menyalakan sebatang rokok yang dibawanya dari Indonesia.
Bukan hanya Agus Salim yang merokok waktu itu, sejumlah tamu undangan juga melakukannya. Namun rupanya asap rokok yang dihisap Agus Salim menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Tidak banyak orang yang akrab dengan baunya. Rokok jenis kretek itu pun seketika mengundang perbincangan.
Ketika asap rokok kretek Agus Salim telah memenuhi ruangan perjamuan, Duke of Edinburgh, suami Elizabeth II, melakukan protes. Ia keberatan dengan keberadaan aroma yang menurutnya tidak mengenakan itu.
“Para hadirin, dari manakan bau yang tidak sedap ini berasal?”
Alih-alih tersinggung, dengan tenang Agus Salim mendekat seraya menjawab: “Yang Mulia, bau tidak sedap itu adalah bau rokok kretek yang sedang saya hisap yang dibuat dari tembakau dan cengkih. Boleh saja Yang Mulia tidak menyukainya. Tapi justru bau inilah yang menarik minat pelaut-pelaut Eropa datang ke negeri kami tiga abad yang lalu.”
(1509–1602) bangsa Eropa datang ke Nusantara atau 15 abad yang lalu.
Jawaban Agus Salim itu membuat sang pangeran terdiam. Ia tidak melanjutkan pertanyaannya. Lalu sambil mencoba mencairkan suasana, ia pun meminta seluruh hadirin menikmati acara dan melanjutkan aktifitas yang sedang dilakukan.
Selepas dari tugasnya di Inggris, Agus Salim kembali melanjutkan kegitan mengajarnya di Amerika. Baru pada pertengahan 1954 dia kembali ke Indonesia. Sebelumnya telah banyak universitas di dalam negeri yang memintanya memberikan kuliah sehingga ia cepat menyelesaikan kewajiban mengajarnya di Amerika. Namun tidak lama setelah kepulangannya itu, tepatnya pada 4 November 1954, Agus Salim meninggal dunia.
Sumber: Historia
Komentar
Posting Komentar