Langsung ke konten utama

Kuliner Mustika Jaya

Rumah makan Bpk. Abir/Jenong, yang tak jauh dari dari Tugu Bambu Mustika Jaya ini, sangatlah mudah untuk ditemukan .
Tepatnya Jalan Raya Mustika Jaya, Rt 02/Rw 07, kurang lebih 100 meter dari Kantor Kecamatan Mustika Jaya.

Dengan tampilan sederhana, Rumah Makan yang sudah berdiri sejak 1978, tudak seperti Rumah Makan pada umumnya, yang banyak kita lihat di Kota Bekasi. Dari tampilan hingga susunan bangku & meja makan, begitu sederhana sekali, yang justru membuat bisa bertahan sampai saat ini.

Rumah makan ini merupakan rumah makan yang menyediakan berbagai makanan khas Bekasi seperti gabus pucung, sop sapi, sayur asem, teri apa ge ada, ayam kampung, pecak bandeng, pecak lele, pecak mujair.

“Rumah makan yang sudah dikelola oleh generasi keempat ini, Awalnya bapak saya yang buka tahun 1978, saya mulai tahun 1988,” kata Pemilik RM Bpk. Abir/Jenong, Fatimah (43).

Yang uniknya semua penyajian menu makanan, di olah dengan cara yang juga terbilang sederhana, seperti Lalapan Sambal Terasi dengan cara di ulek.

Selain sambalnya yang tidak diolah dengan blender, berbagai menu yang dimasak masih menggunakan kayu bakar. Alasannya untuk menjaga kualitas rasa agar tetap sedap.

Jika ingin santai menikmati hidangan di rumah makan ini, diusahakan datang sebelum jam makan siang, karena sudah umum sekali, jam tersebut ramai dikunjungi warga sampai pejabat pemerintahan.

“Banyak dari yang makan di sini dari orang biasa sampai pejabat pemerintahan seperti Lurah, Camat, Dinas, Walikota, Bupati, Gubernur, Kapolres, dan Artis seperti Rita Sugiarto,” tutur Mpok Jenong.

Dijelaskan Mpok Jenong, kalau para pejabat itu khususnya Walikota dan Bupati sering makan di tempatnya. Bahkan, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi kalau menerima tamu dari luar kota sering mengajak makan di tempat ini.

Oiya, untuk harga anda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, karena sudah dipastikan sangat ideal untuk jaman kekinian.
(Firmansyah Mawero)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Hena Masa Waja' Bukan Lagu Pemberontak

Untuk kekasihku Indonesia, Perkenalkan Kami adalah Maluku...Kami adalah Maluku.  Sperma seni yang dilarang menyanyikan 'Hena Masa Waja', sebelum RUU musik kalian ributkan di Gedung Rakyat dengan dalih Pembungkaman Suara. Mulut kami sudah dibungkam negara, saat Tifa su babunyi dengan pesan-pesan tetua dalam satu lirik lagu, yang dianggap bisa membubarkan sebuah Negara. Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ... Joeri tasibea Salane kotika o ...  Hena Masa Waja Letehoeniemoea o ...  Joeri tasibea  Salane kotika o ... A ole roema e ...  Roema singgi sepa e ...  E..paoene..ite..kibi ratoe  Hira roli o.. Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Hena masa waja Letehoenimoea o..  Arti dari lagu ini adalah  Negeri Pertama, Negeri yang paling tinggi... Semua orang berada ditempat yang paling tinggi... disaat semua air ada menggenangi sekitar kita dikala itu... Lagu 'Hena Masa...

Anatomi atau Ricikan Keris Jawa

Dalam keris jawa terdapat rincian nama yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian keris, nama-nama tersebut sering kali disebut sebagai Ricikan Keris. Nama-nama ricikan tersebut bisa diibaratkan seperti yang terdapat pada anatomi tubuh manusia, ada tangan, kaki, dada, pundak, kepala dan lain sebagainya. Ada banyak sekali jenis dan bentuk keris, masing-masing bentuk dan jenis biasanya akan memiliki nama yang berbeda. Semakin sederhana bentuk sebilah keris, maka akan sedikit pula ricikannya.  Secara sederhana sebilah keris memiliki tiga bagian, yakni: - Wilahan (bilah) - Bagian Ganja dan  - Pesi.  Bagian wilahan dapat dibagi tiga, yakni:  - Pucukan (bagian paling ujung yang runcing) - Awak-awak (bagian tubuh keris) dan  - Sor-soran (bagian bawah keris). Nama-nama ricikan keris paling banyak ditemukan pada bagian sor-soran keris. Hal ini karena motif dan ornamen keris lebih banyak terdapat dibagian bawah/pangkal keris. Adapun ...

Masuknya Islam ke Tanah Cenderawasih

Teori tentang sejarah masuknya Islam ke Papua selama ini belum menjadi suatu penilaian khusus. Hal ini mungkin terjadi karena terbatasnya sumber-sumber lokal maupun asing yang membicarakan Islam di Papua. Selain itu, faktor letak geografis yang berada di ujung paling Timur Indonesia dan kondisi alam Papua sulit ditembus dan dijangkau karena dipenuhi hutan belantara. Papua dalam historiografi Islam di Indonesia belum banyak diungkap oleh kalangan sejarawan. Mungkin karena pulau Papua dianggap sebagai daerah pinggiran di Nusantara dan belum tersentuh pengaruh Islam. Kesan yang timbul selama ini, penduduk asli Papua identik dengan pemeluk agama Kristen dan Katolik. Pada realitasnya, proses awal Islamisasi di Papua telah terjadi sekitar abad XV-XVI, melalui kontak perdagangan, budaya, dan politik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara (Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo). Masuknya agama Islam ke Papua pun memiliki berbagai macam versi, yaitu versi Bacan, versi Aceh, v...