Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Serpihan Surga Yang Jatuh KeBumi

Foto: Pribadi Akhirnya doa Saya terkabul, karena berkesempatan bisa mengunjungi Tanah Papua atau yang lebih dikenal sebagai   "Serpihan Surga Yang Jatuh Kebumi".  Dalam kesempatan tersebut, saya juga menemani beberapa orang dari Kementrian Pendidikan, untuk mengumpulkan data, guna merilis tulisan ulang tentang Taman Nasional Lorentz, untuk bahan penilaian oleh pihak UNESCO. Beberapa saat sebelum jadwal pemberangkatan, saya sempat berbincang-bincang, dengan salah satu dari utusan kementrian tersebut.  Dengan semangat, saya katakan bahwa kepergian ini, adalah salah satu hasil dari doa saya selama ini, untuk bisa mengunjungi salah satu propinsi paling timur, yang berbentuk kepala burung tersebut. Setelah mengalami kendala, karena pesawat yang kami tumpangi delay selama satu jam, akhirnya kami bersiap untuk memulai penerbangan menuju Bandara Sentani Jayapura. Setelah merasakan penerbangan selama 3 jam, akhirnya sampai juga saya menginjakkan kaki di Bumi Papua,

Komunitas Mancing BKKBN - Mustika Jaya

Seiringnya membicarakan mancing, akhirnya atas inisiasi dengan beberapa rekan seperti Bramanda Putra, Pujie Saksono, Warno dan yang lainnya. Akhirnya disepakati untuk membuat komunitas mancing dengan nama KOBAC, atau disingkat Komunitas Bait Casting, yang berada di Perumahan Bkkbn - Mustika Jaya. Akhirnya pada tanggal November 2016, kami mendirikan komunitas mancing, yang beranggotakan sekitar puluhan pemancing, dengan keahlian dan pengalaman masing-masing dalam dunia casting. Beberapa lokasi spot mancing sudah kami jelajahi, seperti Waduk Cirata, Waduk Jatigede sampai beberapa bagan laut.  Untuk beberapa gelaran acara mancing, juga sering juga kami ikuti, mulai dari Shimano sampai undangan dari berbagai komunitas mancing yang ada di Bekasi sampai Tangerang. KOBAC hanyalah penikmat dan juga pemerhati lingkungan hidup. Jadi bergabunglah dengan kami, agar habitat ikan yang ada di Bumi Indonesia, tetap terjaga kelestariannya. Salam Nusantara Firmansyah Mawero

Generasi Milenial

Penggunaan media sosial yang terus meningkat memantik perdebatan sengit di antara para psikolog: apakah 'kids zaman now' lebih narsis daripada generasi sebelumnya? Di beberapa lokasi di Mustika Jaya, saya sering memperhatikan, banyak anak muda, baik lali-laki maupun perempuan muda, sering menghabiskan waktu berjam-jam, hanya untuk bersenda gurau atau sekedar menghabiskan isi memori handphone mereka, yang tentunya hasilnya tidak akan pernah dicetak sampai kapanpun. Asumsi saya justru, generasi milenial yang sedang booming ini, seperti tidak ada kegiatan lain, selain kongkow, bermotor ria, sampai menghabiskan malam bersama dengan teman sejawatnya. Betapa maraknya fenomena ini, sehingga, kadang memicu streotip negatif tentang perilaku mereka yang kebanyakan, menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat sekitar. Sulit menepis kesan bahwa para generasi milenial, justru melihat dirinya sebagai pusat alam semesta, bahwa mimpi-mimpinya sungguh menarik dan penting. Seperti inikah

Konspirasi Sejarah Bangsa

Isu kejatidirian bangsa Indonesia, bahwa Indonesia adalah pusat peradaban dunia, semacam Atlantis, dalam pengamatan saya mengemuka dalam tiga tahun terakhir ini. Ini seiring dengan terbitnya terjemahan dua buku kontroversial,  " Atlantis itu Indonesia "  (Arysio Santos, 2009) dan  " Eden in the East "  (Stephen Oppenheimer, 2010). Saya berandai-berandai, bila kedua buku itu tidak diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia, mungkin isu kejatidirian bangsa tak mengemuka serius sekarang, meskipun Soekarno sudah meneriakkan soal jati diri bangsa lebih dari 50 tahun yang lalu. Buku Atlantis itu kemudian melahirkan banyak buku lain tulisan orang-orang Indonesia yang umumnya mendukung bahwa Atlantis itu Indonesia. Beberapa kalangan pejabat atau tokoh masyarakat pun ramai-ramai mendukung tesis yang digulirkan Santos ini entah apa tujuannya, mungkin berusaha mengangkat jatidiri bangsa yang mungkin dalam pandangan mereka tengah merosot. Saya dengar sendiri itu diucapkan dar